Pages

Labels

Jumat, 16 Maret 2012

Resensi Film Malaikat Tanpa Sayap


Film Indonesia bergenre drama keluarga kembali menghiasi layar lebar tanah air. Film “Malaikat Tanpa Sayap” sangat pas ditonton oleh para remaja dan orangtua yang tengah galau. Skenario film ini ditulis oleh Anggoro Saronto dan disutradarai oleh Rako Prijanto. Yang menarik dari film ini adalah banyak menampilkan dialog puitis.

Film ini mengisahkan betapa berartinya sebuah keluarga. Makna terdalam dari cerita film ini mengajarkan kita akan arti pengorbanan dan perjuangan seorang remaja untuk keluarga dan orang yang dicintainya.

Kisah dalam film ini bermula dari kehidupan Vino (yang diperankan Adipati Dolken), seorang remaja tanggung yang berasal dari keluarga kaya. Vino remaja galau yang tak pernah peduli dengan permasalahan orangtuanya.

Suatu ketika Ayah Vino, Amir (diperankan Surya Saputra) usahanya bangkrut karena ditipu oleh rekan bisnisnya. Rumah Vino disita Bank demi menutupi hutang ayahnya. Ibu Vino, Mirna (diperankan Kinaryosih) yang terbiasa hidup berkecukupan, tidak dapat menerima kenyataan itu. Mirna memilih meninggalkan keluarganya padahal ia memiliki putri kecil yang masih berusia 5 tahun, Wina (diperankan Geccha Qheagaveta).

Keluarga Vino harus menanggung semua akibat dari keterpurukan usaha Amir. Mereka terpaksa tinggal di sebuah kontrakan di lingkungan kumuh. Belum lagi ketika ayah Vino tak mampu membayar uang SPP Vino. Akibatnya Vino harus dikeluarkan dari sekolah. Di tengah situasi yang kacau itu, ternyata Wina mengalami kecelakaan. Wina terjatuh di kamar mandi. Akibatnya jika Wina tidak segera dioperasi, kakinya terancam diamputasi.

Pikiran Vino semakin kacau dan galau. Ia sangat menyesalkan mengapa ayahnya membuat kehidupan mereka porak poranda. Di tengah kegalauan hatinya, Vino bertemu dengan Calo (diperankan Agus Kuncoro). Calo menawarkan Vino agar ia mau menjual organ tubuhnya (jantung) untuk didonorkan kepada seseorang.

Tawaran Calo tersebut tak langsung diterima Vino. Vino dan Amir masih berupaya dengan berbagai cara untuk mendapatkan uang demi mengoperasi kaki Wina. Namun usaha mereka selalu gagal.

Pikiran Vino kalut. Dengan sangat terpaksa, akhirnya ia menerima tawaran Calo tersebut untuk mendonorkan jantungnya demi mendapatkan uang. Calo memberikan uang muka kepada Vino atas persetujuannya menjual jantungnya. Dengan uang itu Vino bisa membiayai operasi Wina. Vino juga bisa menebus kembali rumah lamanya yang telah disita bank.

Saat Vino berada di rumah sakit untuk mengurus keperluan operasi Wina, secara tak sengaja Vino bertemu dengan seorang gadis manis, Mura (diperankan Maudy Ayunda) .

Mura, gadis yang sebaya dengan Vino memiliki kehidupan keluarga yang hangat. Hubungan Mura dan ayahnya (diperankan Ikang Fawzie) begitu berbanding terbalik dengan kehidupan Vino yang selalu berselisih paham dengan Amir.

Perbedaan Vino dan Mura justru menjadi pelengkap bagi keduanya. Mura yang kesehariannya hanya memiliki teman di dunia maya dan mengikuti homeschooling itu merasa nyaman berteman dengan Vino yang memiliki banyak teman meskipun telah putus sekolah.

Hubungan Mura dan Vino semakin dekat dan akrab. Sejak mengenal Vino, Mura menjadi gadis yang penuh semangat dibanding sebelumnya. Ia nampak lebih ceria menjalani hari-harinya. Demikian pula halnya dengan Vino. Ia mulai peduli dengan ayah dan adiknya.

Kegalauan hati Vino mendadak muncul saat calo menagih janji Vino untuk mendonorkan jantungnya. Sejujurnya Vino belum siap memberikan jantungnya dan berniat mundur. Tapi bagaimana mungkin Vino bisa mengganti uang yang telah diterimanya dari Calo.

Masalah semakin pelik di tengah kegamangan hati Vino. Betapa ia ingin melanjutkan masa depannya dengan organ tubuh yang lengkap. Namun di lain sisi, Vino harus menerima kenyataan bahwa orang yang akan menerima donor jantungnya adalah Mura, gadis yang sangat dicintainya.

Untuk mengetahui kisah selanjutnya, silakan tonton film ini. Begitu banyak kisah mengharukan yang ditampilkan dalam film drama keluarga ini. Yang patut diacungi jempol adalah film ini tidak mengumbar adegan-adegan ciuman layaknya film remaja pada umumnya.

Film ini juga diiringi alunan lembut “Malaikat Juga Tahu” Dewi Lestari. Film ini serentak ditayangkan di bioskop seluruh Indonesia hari ini.

Terus mendukung perfilman Indonesia untuk bangkit. Tunjukan kualitas film kita. Masyarakat kita merindukan tontotan yang sarat edukasi untuk mendidik akhlak generasi muda bangsa ini. Bukan sekedar disuguhkan tontonan yang hanya mengumbar kevulgaran tubuh wanita, cerita-cerita mistik atau kehidupan glamour kaum jetset.

copas from :http://hiburan.kompasiana.com/film/2012/02/09/malaikat-tanpa-sayap-film-remaja-tanpa-adegan-ciuman-yang-mengharukan/

0 komentar:

Posting Komentar